Peralatan Medis Vulnerable Terhadap Peretasan

By on August 6, 2015

Rumah sakit ataupun instansi kesehatan perlu waspada menanggapi peralatan medis yang kini sangat vulnerable terhadap peretasan. Hospira, salah satu produsen pompa infus yang terintegrasi dengan komputer dan Internet telah menarik peralatan medisnya itu sejak tahun 2013 yang lalu. Hal tersebut tidak terlepas dari temuan beberapa pakar keamanan bahwa peralatan pompa infus buatan Hospira ternyata dapat disusupi melalui jaringan wireless rumah sakit.

Organisasi pemerintah yang menangani isu kesehatan di AS seperti FDA dan bahkan Homeland Security telah memperingatkan rumah sakit dan institusi kesehatan waspada terhadap peretasan alat medis. Tindakan tersebut perlu menjadi cerminan bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan hal yang serupa, mengingat Internet of Things (IoT) sudah terintegrasi dimana-mana salah satunya adalah institusi kesehatan.

Salah satu kerentanan dalam peralatan medis adalah hacker dapat memanfaatkannya untuk mengubah dosis obat dan cepat lambatnya cara kerja alat medis semacam pompa infus. Pakar keamanan seperti Juan Zarate mengatakan bahwa terdapat risiko besar dalam peralatan medis semacam itu. Tindakan peretasan pada peralatan medis dapat membahayakan nyawa pasien akibat ulah “iseng” seorang hacker.

Zarate mengemukakan pendapatnya bahwa dengan terintegrasinya alat kesehatan dengan Internet ataupun komputer membuka risiko baru yang perlu ditangani dengan segera. “Penjahat siber bisanya memasukan malware dan menginfeksi sistem pompa infus. Ataupun mematikan fungsinya sehingga membahayakan nyawa pasien,” ungkap Zarate. “Pemerintah perlu membuat peringatan ataupun standar keamanan tertentu pada alat medis yang terintegrasi dengan Internet,” tandasnya.

Billy Rios, salah satu pakar keamanan yang menemukan vulnerability pada peralatan medis menyatakan bahwa hacker dapat mengakses alat tersebut melalui jaringan Internet rumah sakit. “Peralatan medis yang ada saat ini pada dasarnya sangat vulnerable,” kata Rios. “Hacker dapat mengaksesnya tanpa perlu menggunakan user name ataupun password,” sambungnya.

Pihak Hospira sebagai salah satu produsen alat infus mengungkapkan dalam pernyataan resminya bahwa mereka kini sedang meneliti vulnerability pada produk mereka. “Kami paham terhadap keselamatan pasien dan tim kami sedang membentuk standar keamanan siber agar produk tersebut tidak rentan diserang oleh pihak ketiga,” ungkap Hospira dalam pernyataan resminya. Walaupun demikian, pemerintah AS sendiri meyakini bahwa produk medis yang vulnerable itu masih diperjualbelikan oleh pihak ketiga yang tidak memiliki asosiasi dengan Hospira.

Sumber: ciso.or.id

About Bingki Parmaza

Leave a Reply

Your email address will not be published.