- Apa itu Digital Forensics (Forensik Digital)Posted 5 years ago
- Apa itu SEO (Search Engine Optimization)Posted 5 years ago
- Apa itu Social EngineeringPosted 5 years ago
- Apa itu AI (Artificial Intelligence)Posted 5 years ago
- Apa itu IoT (Internet of Things)Posted 5 years ago
- Awas, Ada yang “Mengintip” saat Belanja OnlinePosted 8 years ago
- Peralatan Medis Vulnerable Terhadap PeretasanPosted 9 years ago
- Industri Migas Menjadi Target HackerPosted 9 years ago
- Kejahatan Virtual Dinilai Tantangan Penegakan HukumPosted 9 years ago
- Cara Merancang Sistem Keamanan Jaringan yang TangguhPosted 9 years ago
Mulia Dewi Karnadi: Apapun New Business-nya, TI Jadi Enabler-nya
Kelimpahan informasi yang terjadi dewasa ini membuat pelanggan cepat berpindah ke lain “hati”. Pelanggan sesuka hati mencari (layanan, produk) yang disenangi dan dapat memenuhi kepuasan diri.
Tren semacam itu membuat pekerjaan baru Mulia Dewi Karnadi sebagai Country Head of Infrastructure Services & Solutions semakin menantang. Tak ingin kalah sigap dengan para pelanggannya, organisasi—termasuki korporasi—terus mencari solusi untuk mempertahankan mereka, terutama para switcher tadi. Salah satu harapan digantungkan pada infrastruktur teknologi.
Berbincang di kantor PT Fujitsu Indonesia, Dewi berbagi cerita ketika bertemu pelanggan/klien dari industri telekomunikasi dan berharap sebuah solusi mumpuni dari Fujitsu untuk menciptakan sebuah business stream baru bagi bisnis. ”Jadi, sekarang ini, kami sudah duduk bareng dengan pelanggan untuk mendefinisikan apa new business stream yang sebaiknya mereka kembangkan,” jelas perempuan yang sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia teknologi informasi ini.
Ini adalah salah satu tantangan bagi Dewi dan timnya. Domain knowledge dari setiap industri vertikal yang disasar Fujitsu harus mampu ia selami sedalam mungkin. Namun dengan penguasaan teknologi, ketersediaan solusi nan lengkap, dari A ke Z, serta global presence di 70 negara, Dewi yakin Fujitsu Indonesia dapat memberikan solusi-solusi terbaik untuk berbagai organisasi di Indonesia.
Berbicara mengenai tren teknologi global yang mengerucut pada tiga hal: virtualisasi, cloud computing, dan big data, wanita yang selalu tampil enerjik ini menilai infrastruktur organisasi di Indonesia cukup siap menyambutnya. “Di Indonesia, virtualisasi sudah lumayan coverage-nya, dan tinggal naik ke tingkatan berikutnya yaitu cloud,” papar Dewi.
Buzzword lainnya di dunia teknologi global maupun lokal Indonesia adalah big data. Mulia Dewi Karnadi menekankan bukan hanya kemampuan analytics yang harus dimiliki organisasi, tetap i ia juga mengingatkan tentang timing atau kecepatan. “Bayangkan seandainya sebuah perusahaan punya big data, tetapi laporan baru keluar dalam satu minggu, ya basi lah,” lugas ucapnya. Jika hal itu terjadi di industri yang sangat kompetitif, seperti telekomunikasi dan perbankan, akan banyak switcher bertaburan di antara pelanggan. Lebih parah lagi kalau sampai organisasi malah lumpuh karena kelimpahan data.
Kemampuan Indonesia dalam mengejar kemajuan dalam infrastruktur teknologi akhir-akhir ini—meski belum merata di semua sektor—memang boleh dibanggakan. Hal ini, menurut ibu satu putra dan dua putri ini adalah karena banyak organisasi, utamanya di lingkungan enterprise, telah sepakat untuk mendaulat teknologi informasi sebagai salah satu komponen penting keunggulan kompetitif organisasi. “Sehingga, apapun new business yang diciptakan, TI menjadi enabler-nya,” imbuhnya.
Namun bukan berarti pekerjaan Dewi di bisnis infrastruktur akan semakin mudah. Services atau layanan—seperti tertera pada jabatan yang ia sandang—adalah tugas terberat, menurutnya. “Karena services lah yang menentukan engagement kami dengan pelanggan,” ujarnya.
Layanan berupa kontrak sepanjang 3 – 5 tahun mengharuskan Fujitsu bersama-sama pelanggan membuktikan keandalan solusi yang telah diimplementasikan. “Apakah konsepnya benar, bisa berjalan, dan dapat terus memberikan benefit seperti yang diharapkan pelanggan. Inilah critical point bagi kami,” cetus wanita yang memandang TI sebagai bagian dari kehidupan (part of life) ini.
Nah, bagaimana sebaiknya strategi organisasi untuk mengembangkan infrastruktur berwawasan masa depan dengan tetap menjaga keamanan di sisi pembiayaan? Ada dua hal yang, menurut Dewi, harus dilihat dari sebuah solusi teknologi: uptime dan scalability. Khususnya tentang skalabilitas, ia menganalogikan solusi sebagai rumah tumbuh kembang. “Lahan boleh luas, tapi tidak perlu dibangun semua dulu, karena ongkosnya akan mahal,” ujarnya. Solusi teknologi harus memampukan deployment bertahap, yang terus menambah nilai bagi pelanggan.
Sumber: http://www.infokomputer.com/2014/08/profil/mulia-dewi-karnadi-apapun-new-business-nya-ti-jadi-enabler-nya/