Mulanya, Media Sosial dibuat dengan visi sederhana nan mulia.

By on June 6, 2015

“Membantumu terkoneksi dan berbagi dengan orang-orang di hidupmu,”  begitu tertera pada laman terdepan Facebook, dulu. Kini, visi media sosial tak lagi tunggal.

Seiring dengan perannya yang semakin kuat dalam keseharian manusia modern, media sosial pun merambah jadi mesin duit.

Tak mengherankan memang. Semua yang menjadi tren toh ujung-ujungnya bakal jadi celah untuk meraup untung sebesar-besarnya. Raksasa teknologi di Silicon Valley sadar betul hal ini.

Daripada me-like atau me-love foto kucing-kucing gemas, perusahaan jejaring sosial seperti Facebook, Pinterest, dan Instagram mulai mendorong kamu untuk berbelanja.

Dua hari lalu, Pinterest dan Instagram bersamaan mengumumkan rencana menyematkan tombol Buy It” dan “Shop Now”. Katanya, supaya kamu bisa langsung memesan barang yang kamu idam-idamkan sembari berselancar di dunia maya.

Cara ini lebih dulu direncanakan Facebook dan Twitter. Tahun lalu, keduanya mulai menyiapkan tombol pembelian pada layanannya.

Bahkan, Google turut  masuk dalam tren ini. Pekan lalu, salah satu eksekutif Google mengkonfirmasi tombol ‘Buy” yang bakal segera rilis. Walau, belum pasti tanggalnya.

Dalam konteks ini, tiap perusahaan tampaknya termotivasi oleh dua faktor. Pertama, meningkatkan pendapatan lewat cara beriklan yang baru. Kedua, memberikan pengalaman belanja yang lebih segar dan mudah bagi pengguna sehingga memicu bertambahnya investor.

“Perdagangan adalah langkah lanjutan dari iklan. Pemain-pemain besar menarik perhatian konsumen dengan merek-merek ternama yang disuguhkan dengan pengalaman berbelanja yang mudah dan cocok bagi masyarakat saat ini,” kata analis perusahaan yang bergerak di ranah internet Brian Blau.

Setiap jejaring sosial harus menemukan cara-cara baru untuk meraup untung dengan cara yang bisa diterima masyarakat. Dengan tren tombol “Buy” dari Facebook dan Twitter, tampaknya semua media sosial bergerak ke inovasi serupa.

Walau, tujuan spesifik tiap-tiap media sosial bisa berbeda. Pinterest harus mencari untung demi mencocokkan dana valuasi sebesar 11 miliar dollar AS atau setara Rp 145 triliun. Instagram harus menyetor duit yang signifikan untuk Facebook setelah diakuisisi, tahun 2012 lalu.

Google, seperti yang tampak, ingin mendominasi. Karenanya raksasa mesin pencari itu ingin menaklukkan Amazon dan situs-situs belanja lainnya. Yang terakhir, Facebook, dengan segala ambisinya ingin menjadi layanan paling dibutuhkan dalam kehidupan maya kita semua.

Apapun tujuannya, prosesnya tetap sama. Sebentar lagi, tombol “Buy” bakal berserakan di mana-mana. Walau memudahkan, kamu perlu hati-hati. Bisa jadi, kemudahan itu mendorong sifat impulsif untuk belanja. Tak peduli perlu atau tak perlu, yang penting ingin.

Penulis: Fatimah Kartini Bohang
Editor: Reza Wahyudi
Sumber: MASHABLE

About Bingki Parmaza

Leave a Reply

Your email address will not be published.